Thursday, 9 April 2009

Pria Penjual Obat

Ricik ini tajam menyentuh pilu
Lambai bulu yang mengaku
Pada tirai hujan senja itu
Lupa kita pada realita
Kau beri magnet dalam luapan kata
Aku benci pantulan dusta
Memberi ruang dalam dunia, memberhenti waktu
Hembus menyibak kaku
Lupa pada sayu dan pilu

Hei kau pria penjual obat
Lihat dulu siapa yang mau kau obat
Ini wanita pembenci obat
Pelari karsa yang tiada obat
Berani sekali mencari celah
Gerbang belum kubuka

Pria penjual obat
Letih matanya menerkam rapuh
Di lorong-lorong dingin
Aku terkaget, tegaknya kau
Tak takut jika aku hanya mencari teduhan
Semenit kurang taburkan pelita
Genggam jemari diatas kayu jingga
Agar aku tak membohongi rasa yang tak tersampai

Mengapa ikuti titian langkahku
Yang mendikte kontras
Pada keyakinan
Sorot lampu jembatan bingung
Tangga terpijak menggumam
Kita berjalan tau ujung
Peluk saja aku yang terlalu rapuh
Jangan mengiba disela derit kereta

Kau pria penjual obat
Masih rintih sedikit celah hati
Aku terpejam
Geli nyeri jeli
Yakinkan aku
Lebih dari salib di tangan kirimu
Aku terpejam
Terima kasih untuk tiap terik hingga senja lenyap
Aku takut kau tertusuk duri rinduku padanya yang lain..
Salib di kiri melingkar
Masih beranikah rengkuh kanan jemari?


April 10th, 2009
04:11

No comments:

Post a Comment