Aku tak pernah lupa pada manik matanya yang sayu, yang selalu menjejal-jejal rasa gelisahku. Kadangkala ia mematung, dan sorot itu masih tetap sama, penuh ilusi tanpa sangsi. Selalu saja aku ingin membungkus deretan pengap nafasnya, sebagai kado kala kuterlelap di bahunya..
September 13th, 2009
19:05
Sunday, 20 September 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment